Senin, 23 Juni 2008

AMRADHUD DA’WAH

M Ihsan ArliansyahTanjung

Amradhud Da’wah merupakan materi yang membahas tentang penyakit-penyakit dalam da’wah. Amradhud Da’wah terbagi menjadi 2 kelompok yaitu:
Penyakit-penyakit da’wah terkait dengan ma’nawiyah (moral)
Amradhud Da’wah kelompok ini terdiri dari:
a. Munculnya da’wah-da’wah yang bersifat infi’aliyah (reaktif )Da’wah ini hanya memberikan reaksi karena aksi pihak lain. Da’wah ini adalah da’wah yang tidak menyentuh substansi permasalahan karena ia akan bergarak setelah ada aksi pihak lain yang tidak memiliki program tersendiri.
b. Da’wah yang munculnya Al Wujahiyah (adanya figuritas)Da’wah ini hanya mengharapkan hadir tidaknya seorang figur dan da’wah seperti ini tidak akan langgeng. Dalam Hadistnya Rasulullah berwasiat ketika haji wada’ “ Telah aku tinggalkan kepada kalian dua perkara yang dengannya kalian tidak akan sesat jika memeganggang teguh keduanya yaitu Al Qur’an dan As Sunnah” , ini berarti Rasulullah mendidik untuk berorientasi kepada program bukan kepada figur. Da’wah seperti ini banyak menimbulkan masalah karena jika figur dalam organisasi da’wah tersebut menghilang maka tercerai belahlah da’wah itu.
c. Da’wah yang bersifat Al ‘itijaziyahDa’wah ini bersifat bahwa hanya kelompok da’wahnyalah yang terbaik sehingga para anggota kelompok da’wah tersebut merasa ujub (paling hebat) dan mengakibatkan tidak dapat melihat kekurangan atau kelemahan dirinya. Da’wah ini juga menyebabkan anggotanya menjadi ghurur (terlena).
d. Da’wah yang bersifat Al intiqasiyahDa’wah yang selalu mengecilkan pihak lain sehingga organisasi-organisasi da’wah yang lain tidak dianggap mitra da’wahnya . Penyakit da’wah seperti ini biasanya seiring dengan sifat da’wah Al ‘Itijaziyah.
Penyakit-penyakit da’wah yang terkait dengan amaliyah (operasional)
Amradhud da’wah yang terkait dengan amaliyah terdiri dari :
e. Da’wah yang juz’iyah (bersifat lokal)Da’wah ini hanya bersifat sektoralisme yang seharusnya sumuliyah (segala aspek).
f. Da’wah yang At Ta’lidiyahDa’wah ini membuat para anggotanya hanya mengikuti sesuatu tanpa memahami. Dalam kelompok da’wah harus dilakukan secara bashiroh (hujjah yang nyata) sebagaimana dalam Qs.12 : 108. Imam Hasan Al Bana menekankan dalam merumuskan pilar-pilar komitmen pada da’wah Islamiyah adanya 10 rukun bai’at pada rukun yang pertamanya dan utama adalah rukun Al Fahmu.
g. Da’wah yang Al Afwaiyah atau Al Irtijaliyah.
Da’wah yang tidak mempunyai kejelasan, tidak ada sasaran dan perencanaan sehingga tidak ada yang dapat dievaluasi. Setiap anggota da’wah harus mempunyai wawasan kedepan sesuai dengan Qs. 59 : 18.
18. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
h. Da’wah yang At Tarki’iyahDa’wah yang tambal sulam yang seharusnya da’wah inqilabiyah yaitu menginginkan perubahan yang total. Ungkapan Sayyid Qutb “Bagaiman mungkin dunia yang sekarang tengelam dalam kejahiliyahan kemudian sekali-sekali meminta Islam memberikan solusi kepada permasalahannya. Semestinya Jalankan dahulu Islam secara menyeluruh baru menanyakan masih adakah masalah yang dapat diselesaikan oleh Islam”. Da’wah ini harus menjelaskan kepada seluruh manusia ketika jalan hidup yang ditempuh bukan jalan Allah sesungguhnya jalan tersebut adalah jalan yang bathil yang harus ingkari. Dan mengajak umat manusia khususnya umat Islam kepada Islam yang menyeluruh.
Sebagai solusi terhadap penyakit-penyakit da’wah baik dalam ma’nawiyah atau amaliyah adalah dengan jalan membentuk Hizbullah yaitu suatu tandzim (organisasi) dimana seluruh umat Islam masuk kedalam tandzim tersebut. Dizaman yang tidak tegak khilafah Islam sekatrang ini maka tidak dapat mengharapkan tandzim yang dapat menghimpun seluruh umat Islam. Sejak runtuhnya khilafah Islam terakhir yaitu Daulah Usmani di Turki pada tahun 1924 Sekarang ini munculnya Jama’atul-Jama’atul minal Muslimin, seperti berdirinya Ikhwanul Muslimin di Mesir dengan pendirinya Imam Hasan Al Bana, Hizbut Tahrir di Yordania, Jama’ah Tabligh di Pakistan, Salaffi di Saudi Arabiyah dll. Ini merupakan usaha untuk memberikan suatu penawaran kepada umat Islam pentingnya ada hizbullah untuk menghimpun umat Islam yang penataannya mendunia yang sifatnya tunggal dengan kepemimpinan yang mempersatukan umat Islam yang disebut jama’atul Muslimin.Sekarang ini belum ada Jama’ah Muslimin tetapi sudah terbentuk jama’ah minal Muslimin dan diharapkan jama’ah-jama’ah minal Muslimin saling fastabikul khairat dan saling bekerja sama.
Pertanyaan:Bagaimana solusi mencari figuritas dizaman sekarang ini yang dapat dijadikan tauladan selain Rasullah?Bagaimana merasa kalau kelemahan umat Islam karena dirinya?
Jawaban :Pada Qs. 33 : 21 menjelaskan bahwa pada diri Rasulullah terdapat suri tauladan yang terbaik, ini berarti hanya Rasulullah yang patut dijadikan tauladan yang tidak mempunyai sisi kelemahan sedangkan dizaman sekarang ini jika ditemukan figur yang dijadikan tauladan pasti akan ditemukan ketidak sempurnaan. Sekarang ini tidak dapat diharapkan individual leader tetapi yang harus ada adalah kolektif leadership yang terdiri dari beberapa sosok yang saling mengisi. Seperti yang dikatakan oleh Imam Hasan Al Bana Sesungguhnya sebaik-baiknya Qiyadah (pemimpin) adalah jika dalam hal istifadah ilmiah (pemanfaatan keilmuannya) dia seorang ustad, dalam hal ribatil qulb (keterikatan hatinya) dia seorang ayah, dalam hal tarbiyah ruhiyah dia seorang syekh dan dalam hal siasia da’wah dia seorang panglima.Sikap seperti itu baik karena jangan dibiasakan ketika terdapat permalahan mencari kambing hitam tetapi sebaiknya nmenyalahkan lebih dahulu. Tetapi ada sisi kelemahannya kalau sikap ini terlalu dominan akan menyebabkan rendah diri sampai akhirnya tidak akan melakukan da’wah lagi. Sikap ini akan terpuji jika memacunya untuk memaksimalkan kerjanya dengan keterbatasan dirinya.
Pertanyaan :Apa tanggapan ustad dengan masyarakat sekarang ini yang tidak dapat membedakan antara budaya hidup modern dan western sedang mereka banyak terperangkap dengan pengaruh buruk dari budaya western?
Jawaban :Hal ini banyak terjadi pada kaum muslimin khususnya bagi mereka yang sempat merasakan pendidikan di barat (luar negeri) dan sebelum pergi ke barat mereka belum mempunyai kepribadian Islam yang matang sehingga belum kebal terhadap budaya hidup di barat, terlebih lagi terleena dan terpesona dengan kemajuan di negeri barat dan bahayanya lagi setelah pulang menganggap Islam tidak dapat memberi kontribusi apa-apa. Muslim harus bersikap seperti yang disabdakan Rasulullah “ Hikmah adalah barang mutiara milik muslim” jadi dimanapun ditemukan seorang muslimlah yang paling berhak memanfaatkannya.
Pertanyaan:Darimana umat Islam memulai untuk memperbaiki kelemahan-kelemahannya?Jawaban:Dari munculnya Hizbullah dari suatu barisan umat Islam yang telah dihasilkan dari proses kaderisasi yang kader-kadernya mempunyai beragam potensi dan kafaah (keahlian) masing-masing dan merekan diberikan peluang seluas-luasnya untuk mengekspresikannya sehingga akan muncul proses proyeksi, promosi dan nominasi kepemimpinan yang akan datang. Dan proses itulah yang dilakukan Rasulullah saw ketika mulai menggagaskan penataan barisan umat Islam sejak di Mekkah. Kongkrotnya dilakukan dengan small islamic inpirement harus membentuk kelompok-kelompok kecil, lingkungan pergaulan kaum muslimin yang berada didalam suatu proses kaderisasi tarbiyah yang dibimbing oleh seorang murabbi (pembina) yang mengoptimalkan potensi dan kafaah binaannya.
Pertanyaan :Apakah ada cara terbaik untuk menyelesaikan permasalahan umat Islam secara keseluruhan?Jawaban :Gerakan da’wah menjadi inti perubahan umat maka aktivis da’wah harus memperbaiki diri sendiri dahulu baru da’wah kepada orang lain. Sekarang ini proyek Islam yang harus ditekankan pada kegiatan da’wah dan tarbiyah. Da’wah dalam konteks yang umum mengajak orang yang tidak faham Islam untuk mengenali Islam sedangkan tarbiyah untuk mengajak orang yang sudah kenal Islam agar berubah menjadi kader-kader inti dalam da’wah.
Murabbi
Al-murabbi al-muslim adalah orang yang menurut syar’i/agama berkewajiban melakukan tugas tarbiyah Islamiyah. Manusia pertama dalam Islam yang bekerja sebagai al-murabbi adalah Rasulullah Muhammad SAW. Firman Allah, "Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta buruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (as-Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata”. (QS. 62:2).Rasulullah menjalankan tugas tarbiyyah sejak diangkat menjadi Rasul utusan Allah, sampai ia dipanggil ke sisi-Nya.
Pada kenyataannya kegiatan tarbiyah adalah profesi para Rasul utusan Allah seluruhnya, untuk tugas tarbiyah inilah Allah utus mereka. Dari itulah maka tidak seorangpun dari para Rasul itu kecuali menyerukan, mengajak dan membina kaumnya untuk hidup dalam kebenaran hidayah Allah, beribadah hanya menyembah Allah, terlepas dari semua pengaruh kekuatan apapun selain Allah. Firman Allah, "Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): ".Sembahlah Allab (saja), dan jauhilah thaghut itu…" (QS. 16:36).
Para Rasul utusan Allah kesemuanya adalah para pendidik yang telah Allah tunjuk untuk membawa risalah agar disampaikan kepada kaumnya. Bagi ummat Islam, tugas tarbiyah itu tidak hanya terhenti pada Rasulullah SAW, akan tetapi ummatnya memiliki peran tarbawiyah sebagai pelanjut tugas risalah al-khalidah. Allah SWT menggambarkan kehidupan orang beriman,”Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf dan mencegah dari yang munka,." (QS. 9:71)
Tugas tarbiyah menjadi tugas setiap orang beriman dalam kehidupan dunia ini. Dalam dunia pendidikan tugas mendidik itu menyebar dalam tiga macam ranah pendidikan, yaitu :1. Keluarga, secara kodrati setiap orang tua berkewajiban mendidik anak-anaknya.2. Sekolah, sebagai institusi yang dibuat secara profesional melakukan peran pendidikan yang menjadi tanggung-jawab orang tua.3. Masyarakat, sebagai ruang gerak setiap anak untuk mengaktualisasikan diri, berkembang, berpengaruh dan dipengaruhi orang lain. Rasulullah bersabda :"Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan diminta pertanggungjawaban tentang orang yang dipimpin. Imam bertanggungjawab akan rakyatnya, seorang suami adalah pemimpin rumah tangga dan bertanggung-jawab akan orang-orang yang dipimpinnya, seorang istri adalah pemimpin di rumah suaminya dan bertanggung-jawab akan rakyatnya, khadim/pelayan adalah pemimpin terhadap harta tuannya dan bertanggung-jawab tentang apa yang ia kelola, setiap kalian adalah pemimpin dan akan diminta pertanggung-jawaban akan kepemimpinannya”. (Hadits Muttafaq alaih dari Ibnu Umar).
Dengan demikian tugas pendidikan menjadi tanggung jawab setiap muslim laki-laki dan wanita, setiap orang dewasa (baligh) dan ummat ini memiliki kewajiban mendidik, tidak hanya terbatas pada ulama, atau tokoh agama saja. Hanya saja para tokoh itu memiliki kewajiban khusus dalam menjelaskan rincian ajaran-ajaran agama secara jelas. Kewajiban itu disesuaikan dengan status dan kemampuan masing-masing orang. Ulama memiliki kewajiban pendidikan yang lebih besar porsinya daripada kewajiban orang awam, penguasa lebih besar porsi kewajibannya daripada rakyat biasa. Allah SWT mengecam para ahli kitab yang tidak mau menyebarkan ilmu yang diketahuinya. Firman Allah, ”Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkan kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dila’nati Allah dan dila’nati pula oleh semua makhluk yang dapat melaknati" (QS. 2:179)
Para penguasa memiliki kewajiban dalam penegakan ajaran agama Allah karena kekuasaannya. Firman Allah, "yaitu orang-orang yang, jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma’ruf dan mencegah dari perbuatan munkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan” (QS. 22 : 41)
Kewajiban melakukan tugas didik ini tidak terbatasi waktu maupun keadaan, seperti shalat maupun shiyam, akan tetapi tugas pendidikan adalah tugas setiap zaman dan ruang. Allah SWT menerangkan tentang kegigihan Nabi Nuh AS dalam mengajak kaumnya. Nuh berkata,"ya Tuhanku sesungguhnya aku telah merayeru kaumku malam dan siang,… kemudian sesungguhnya aku telah menyeru mereka (untuk beriman) dengan cara terang-terangan, kemudian sesungguhnya aku menyeru mereka lagi dengan terang-terangan dan dengan diam-diam". (QS. 71 : 5, 8, 9)
Begitu juga Nabi Muhammad SAW menyeru kaumnya siang dan malam, diam-diam dan terang-terangan, tidak ada yang menyibukkannya kecuali membina dan mengajak kaumnya ke jalan Allah, Nabi Yusuf AS tetap melakukan tugas da’wah dan pembinaan
ummat meskipun ia berada dalam penjara. Allah SWT menerangkan kegiatan Nabi Yusuf , "Hai kedua penghuni penjara, manakah yang baik, Tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa? Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya menyembah nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun tentang nama-nama itu. Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." (QS. 12 : 39-40)
Kewajiban pendidik adalah mendidik dengan baik dan benar. Seorang pendidik hanya bertanggung jawab akan proses pendidikan yang dilangsungkan. Dalam kaidah agama terdapat rumusan: Pertama, bahwa setiap orang tidak bertanggung jawab atas perbuatan orang lain, ia hanya bertanggung jawab atas perbuatan yang dia lakukan sendiri, dan melakukan perbuatan yang berhubungan dengan orang lain, seperti amar ma’ruf nahi munkar, menyerukan kebaikan, dsb. Kedua, sambutan penerimaan didikan, petunjuk dan kebenaran ada di tangan Allah (QS. 2: 272).
Di sinilah tugas pendidikan menjadi tugas sepanjang hayat, meskipun tidak mendapatkan pengikut yang diharapkan. Dan di sinilah para Rasul memerankan tugas risalahnya meskipun ditolak oleh kaumnya. Seseorang tidak dibenarkan berhenti dari tugas pendidikan dengan alasan bahwa yang dia sampaikan tidak lagi mendapat sambutan. Wallahu’alam

4 komentar:

Lukman Hakim 2007 mengatakan...

Selamat atas perjuangan dakwahnya. Keep ekhlaas and shaber.

ore ga kowai zoo mengatakan...

Hidup Dakwah

Cintai Ukhuwah mengatakan...

Kang Jufri sudah ngeposting belum. Salam Pa Haji!!

Anonim mengatakan...

assalaamu'alaykum wr wb.
Salam ta'aruf ya akh :)